A.
Hijauan
Hijauan
merupakan kebutuhan pakan utama bagi
ternak ruminansia baik dari segi kualitas maupun kuantitas hijauan. Kandungan
nutrisi yang cukup didalam hijauan sangat disukai oleh ternak ruminansia,
selain itu, juga sangat dibutuhkan bagi produktivitas ternak ruminansia
(Kurnianingtyas, 2012).
B.
Rumput Gajah Varietas Odot
Rumput gajah odot adalah salah satu jenis rumput gajah dari
hasil pengembangan teknologi hijauan pakan. Morfologi batangnya berbuku dengan
jarak sangat pendek dibandingkan dengan rumput gajah pada umumnya. Selain itu
batang rumput ini sedikit lunak sehingga sangat disukai oleh ternak. Rumput
gajah mini selain sebagai rumput grazing, juga cocok digunakan sebagai rumput
potong (Hasan, 2012).
Rumput
gajah odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan jenis rumput unggul yang
mempunyai produktivitas dan kandungan zat gizi yang cukup tinggi serta memiliki palatabilitas yang
tinggi bagi ternak ruminansia. Tanaman ini merupakan salah satu jenis hijauan
pakan ternak yang berkualitas dan disukai ternak. Rumput ini dapat hidup
diberbagai tempat, tahan lindungan, respon terhadap pemupukan, serta
menghendaki tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Rumput gajah mini tumbuh
merumpun dengan perakaran serabut yang kompak, dan terus menghasilkan anakan
apabila dipangkas secara teratur. Morfologi rumput gajah mini yang rimbun,
dapat mencapai tinggi lebih dari 1 meter sehingga dapat berperan sebagai
penangkal angin (wind break) terhadap tanaman utama (Syarifuddin, 2006).
C.
Konsentrat
Konsentrat merupakan pakan penguat yang
terdiri dari bahan pakan yang kaya karbohidrat dan protein seperti dedak padi,
jagung kuning dan bungkil-bungkilan. Menurut Darmono (1993) bahwa Pakan penguat
atau konsentrat adalah pakan yang berasal dari biji-bijian dan mengandung
protein yang cukup tinggi dan mengandung serat kasar kurang dari 18 %.
Hartadi (1997) menambahkan bahwa
konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain
untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan
untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen (pelengkap) atau makanan
pelengkap. Pakan penguat atau konsentrat diberikan dengan tujuan menambah nilai
gizi pakan, menambah unsur pakan yang defisiensi dan meningkatkan konsumsi
pakan (Murtidjo, 1993).
D.
Kecernaan
Menurut
Tillman (1998) kecernaan pakan sangat penting diketahui karena dapat digunakan
untuk menentukan mutu pakan tersebut. Tingkat kecernaan suatu bahan pakan yang
semakin tinggi dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan. Beberapa hal yang
mempengaruhi kecernaan bahan pakan antara lain komposisi kimia bahan pakan,
komposisi ransum, bentuk fisik ransum, tingkat pemberian pakan dan faktor
internal ternak.
E.
Kecernaan In Vivo
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan
kecernaan nutrient menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan
dan feses (Tillman, 1991).
Tipe evaluasi pakan pada prinsipnya
ada 3 yaitu metode in vitro, in sacco, dan in vivo. Tipe evaluasi pakan in vivo
merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan
analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative
dan hidrolisis (Mc Donald, 1995).
Dengan metode in vivo dapat
diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran
pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati
nilai sebenarnya. Koefisien kecernaan yang ditentukan secara in vivo biasanya
1% sampai 2% lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara in
vitro (Tillman, 1991).
F. Kecernaan BK
Kecernaan atau daya cerna adalah
bagian dari nutrien pakan yang tidak diekskresikan dalam feses terhadap
konsumsi pakan. Tingkat kecernaan nutrien makanan dapat menentukan kualitas
dari ransum tersebut, karena bagian yang dicerna dihitung dari selisih antara
kandungan nutrien dalam ransum yang dikonsumsi dengan nutrien yang keluar lewat
feses atau berada dalam feses (Tillman, 1991).
Kecernaan bahan kering yang tinggi
pada ternak ruminansia menunjukkan tingginya zat nutrisi yang dicerna terutama
yang dicerna oleh mikroba rumen. Semakin tinggi nilai persentase
kecernaan bahan pakan tersebut, berarti semakin baik kualitasnya.
Kisaran normal bahan kering yaitu 50,7-59,7%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kecernaan bahan kering, yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi, laju
perjalanan makanan di dalam saluran pencernaan dan jenis kandungan gizi yang
terkandung dalam ransum tersebut. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
nilai kecernaan bahan kering ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam
ransum, komposisi kimia, tingkat protein ransum, persentase lemak dan mineral
(Tilman, dkk, 1991; Anggorodi, 1994).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai kecernaan BK ransum adalah tingkat proporsi bahan pakan dalam ransum,
komposisi kimia, tingkat protein, persentase lemak dan mineral (Anggorodi,
1994).
DAFTAR
PUSTAKA
Anggorodi.
1994. Ilmu Makanan Ternak Umum.
Diakses 05 Desember 2018. http://mystadi.blogspot.com/2015/06/laporan-nutrisi-rumiansia-in-vivo.html
Darmono.
1993. Tatalaksana Usaha Sapi Kereman. Diakses 03 Desember 2018. http://
ilmuternakkita.blogspot.com/2010/01/konsentrat.html
Hasan. 2012. Diakses 03 Desember
2018. http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/
1319/2/BAB20II.pdf
Hartadi,
Hari. 1997. Tabel Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Diakses 03
Desember 2018. http://ilmuternakkita.blogspot.com /2010/01 /konsentrat.html
Kurnianingtyas. 2012. Ilmu ternak
kita. Diakses 03 Desember 2018. http://etheses.uin-malang.ac.id/511/6/10620071Bab.pdf
McDonald,
P. 1995. Animal Nutrition 6th Edition.
Diakses 05 Desember 2018. http://mystadi.blogspot.com/2015/06/laporan-nutrisi-rumiansia-in-vivo.html
Murtidjo. 1993. Diakses 05
Desember 2018. http://mystadi.blogspot.com/2015/06/laporan-nutrisi-rumiansia-in-vivo.html
Syarifuddin. 2006. Diakses 03
Desember 2018. http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id
/1319/2/BAB20II.pdf
Tillman.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Diakses 05 Desember 2018. http://mystadi.blogspot.com/2015/06/laporan-nutrisi-rumiansia-in-vivo.html
Tilman
1998. Ilmu Makanan Ternak Besar. Diakses 03 Desember 2018. http://eprints.undip.ac.id/50639/3/Bab_II.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar